Sabtu, 23 Desember 2017
Kamis, 26 Oktober 2017
Sebatas Gunjingan Pribadi
Rabu, 23 Agustus 2017
Pembukaan KBM Jurnalistik Membawa Nasib Sosok Zaid Terlupaka
Malam Kamis (23/8), Kegiatan belajar mengajar (KBM) Jurnalistik bagi Santriwan dan Santriwati Pon. Pes. Ittihadul asna resmi dimulai. Kegiatan ini merupakan gebrakan baru bagi bagi para santri demi meningkatkan kapabilitas diri dalam menekuni kajian minat, dalam hal ini jurnalistik.
Kelas terdiri dari 10 peserta; 5 santri putra dan 5 santri putri. Tempat pelaksanaan bertempat di komplek lantai dua atau yang sering digunakan sebagai kelas santri kelas 3. Kelas dimulai pada pukul 21.10 sampai 22.30 WIB. Selama hampir satu jam setengah, para santri mendapatkan pengantar jurnalistik dari ustadz Muhsin Ibnu Zuhri.
Berbeda dengan kelas tarbiyah rutin, KBM jurnalistik mengarahkan santri untuk membuka wawasan tentang gejala sosial di pondok dan bagaimana mengemasnya dalam bentuk warta. Tentu saja ini sangat menarik, dimana biasanya nama "zaid", dalam kajian nahwu, sering didengungkan kini nama tersebut seolah dilupakan barang sejenak.
" Dalam menulis berita, kita harus bisa mengangkat hal-hal yang sederhana menjadi satu topik yang enak dibaca" kata Muhsin selaku pengajar. Dia memberikan stimulasi kepada peserta dengan contoh judul berita "ternyata orang ini yang sering menggosob sandal para ustadz". Pemilihan judul berita ini disambut meriah oleh para peserta dengan memandang hal gosob menjadi topik yang perlu dipandang dari sisi lain.
Kelas ditutup dengan pemberian tugas untuk menulis berita kejadian sekitar pondok sebagai bahan analisis pertemuan mendatang. Bagaimanapun, selama satu setengah jam, " Zaid" menjadi nama yang disisihkan terlebih dahulu dalam KBM Jurnalistik.
Rabu, 09 Agustus 2017
Kapan kamu kembali
Kapan kamu kembali?
Langkahmu berderap menuju besi baja
yang akan mengantarmu ke lautan entah
Punggungmu kuyu kentara dibalik tirai senja
Detik adalah hampa
Bibirmu menggaris rapat
Aku bercakap dengan penggungmu
Sirine gerah memarahimu agar gegas masuk sarang induk
Wajahku tertunduk
Basah tanah bekas air matamu menyisakan janji
Kapan kamu kembali?
Rabu, 26 Juli 2017
AJENG
Selasa, 25 Juli 2017
Sebelum Kembali ABG
Minggu, 16 Juli 2017
Pasar loak pengen eksis
Pasar loakan menawarkan berbagai macam bentuk perjuangan atas eksistensinya di kancah bisnis regional. Siapa yang mau panas-panasan di pasar loak? Siapa mau ngotot-ngototan untuk konsensus harga? Siapa mau diserang bau sedap ketiak, keringat, pun menyan? Orang kita lebih memilih belanja di supermarket. Selain tempatnya yang bersih, supermarket juga menawarkan pameran paha dan gincu perawan penjajak barang. Harga dari keduanya jangan ditanya. Supermarket tentu gembar-gembor sana-sini dengan menggunakan sistem diskon. Diskon sendiri sebenarnya hany perusak sistem prioritas pembelanja. Diskon mejadikan pergeseran prioritas dari yang tidak signifikan, menjadi dilirik. Itulah kenapa, banyak orang mondar-mandir di supermarket cari diskon. Menurut Paijo (60), "supermarket itu sama saja dengan kita. Mereka menganggar harga jauh daru harga asal, kemudian design marketinglah yang mengotak-atik harga jual. Meski diskon 99 %, sebenernya juga harga tetap diatas standar jual mereka. Kita tidak mungkin mengikuti gaya marketing mereka, kita itu kalah tempat. Orang yang datang ke lapak kita harus gontok-gontakkan dulu buar harga barang bisa turun. Bila mau dicoba, pasar kira lebih kreatif dan tidak menipu. Bedanya kita tidak punya perawan buat jadi promotor".
Mengingat timpangnya pasar bisnis kapitalis dan pebisnis kumuh market, kini semua orang akan lebih suka ke supermarket. Tapi, perlu diketahui, pasar loak memiliki daya menarik tersendiri untuk tetap eksis di bidang bisnis regional. Para pebisnis besar cari barang di loakan, dan penganut gengsisme menjadi budak kapitalis. Paradoks memang, tapi beginilah adanya.