Selasa, 25 Juli 2017

Sebelum Kembali ABG

Kepada malam-malam yang sesak dengan dengkuran kakak.

Setelah menyelesaikan satu prosa pertama yang aku beri judul ‘Jatuh Hati’, aku tertarik untuk menulis kembali cerita yang mengambil latar belakang sekolah. Ide ini mencuat tentu bukan tanpa alasan. Aku ingin sekali mengambil latar sekolah karena selama dua belan ke depan aku akan tinggal di sana untuk keperluan kampus. Istilahnya Praktik Kerja Lapangan (PPL). Tentunya keadaan disana akan menggiring aku kembali ke masa beberapa tahun silam. Untuk konsep latar mungkin sudah bisa digambarkan secara real. Namun, untuk konsep ingin dibawa kemana tulisan ini belum tahu.

Sekolah tidak selalu menyuguhkan kehidupan pendidikan formal saja. sejatinya, Sekolah ada sebuah replica dunia teratur yang minimalis dimana kita bisa menemui penentu kebijakan, perancang Undang-Undang, bahkan tukang pekerja yang hanya mengepel lantai tiada bosannya. Perihal warganya, akan banyak sekali kisah yang bisa aku lihat di sana. Meskipun sampai detik ini belum ada satupun kisah yang ingin aku angkat, aku optimis memiliki ide dari tiap kepala disana.

Sedikit curhat, ya? Kemarin aku mengikuti upacara bendera. Seingatku, terakhir aku mengikuti upacara bendera yaitu saat aku duduk di bangku SMA kelas 3, dan itu sekitar 6 tahun yang lalu. bukankah itu waktu yang cukup lama? 6 tahun lalu, aku juga masih mengenakan seragam dan berbaris bersama kompiku yang saling hadap dengan Pembina upacara. Namun, kemarin aku merasakan sensasi yang berbeda. Aku berada dijajaran kompi para guru. Aku berada di barisan kiri Pembina upacara. Dengan begini, aku bisa melihat Pembina upacara tanpa harus takut dipergoki dilihatnya.

Tidak ada yang berbeda secara signifikan selama mengikuti upacara. Satu hal yang benar-benar membuat aku begitu merinding adalah saat sang saka merah putih di tarik keatas tiang diiringi grup choir yang suaranya aduhai merdunya. Aku bisa merasakan bagaimana ada yang tiba-tiba bergetar. Aku pikir aku lapar, ternyata memang ada sebagian dari diriku terbangkitkan oleh lagu Indonesia Raya. aku merindukan. Aku menemukan cinta. cinta yang naik turu, timbul tenggelam, ada dan menghilang. Ini sedikit tentang perasaanku saja kala kemarin mengikuti upacara bendera.

Kembali ke topic, ada beberapa pilihan untuk sudut pandang ceritaku. Sudut pandang guru, sudut pandang murid, pemangku kebijakan, ataupun sudut pandang Office Boy. Aku masih meraba-meraba sudut pandang mana yang paling tepat. Untuk nuansa yang diangkat, masih dalam pertimbangan juga. aku inginnya tidak menyisipkan cinta, namun apalah daya. Bak sayur tanpa garam, cerita akan hambar tanpa cinta di dalamnya. semoga aja ide itu lekas ketemu, yah meskipun terbagi dengan tugas-tugas lain untuk keperluan PPL. Semoga saja, aku bisa menjadi guru yang lumrah. aku berusaha kok. Doakan saja semuanya sukses, baik PPLnya maupun tulisannya.

Muhsin Ibnu Zuhri 26/7/2017

0 komentar:

Posting Komentar