Kepada malam-malam yang sesak dengan
dengkuran kakak.
Setelah menyelesaikan satu prosa
pertama yang aku beri judul ‘Jatuh Hati’, aku tertarik untuk menulis kembali
cerita yang mengambil latar belakang sekolah. Ide ini mencuat tentu bukan tanpa
alasan. Aku ingin sekali mengambil latar sekolah karena selama dua belan ke depan
aku akan tinggal di sana untuk keperluan kampus. Istilahnya Praktik Kerja
Lapangan (PPL). Tentunya keadaan disana akan menggiring aku kembali ke masa
beberapa tahun silam. Untuk konsep latar mungkin sudah bisa digambarkan secara
real. Namun, untuk konsep ingin dibawa kemana tulisan ini belum tahu.
Sekolah tidak selalu menyuguhkan
kehidupan pendidikan formal saja. sejatinya, Sekolah ada sebuah replica dunia
teratur yang minimalis dimana kita bisa menemui penentu kebijakan, perancang
Undang-Undang, bahkan tukang pekerja yang hanya mengepel lantai tiada bosannya.
Perihal warganya, akan banyak sekali kisah yang bisa aku lihat di sana. Meskipun
sampai detik ini belum ada satupun kisah yang ingin aku angkat, aku optimis
memiliki ide dari tiap kepala disana.
Sedikit curhat, ya? Kemarin aku
mengikuti upacara bendera. Seingatku, terakhir aku mengikuti upacara bendera
yaitu saat aku duduk di bangku SMA kelas 3, dan itu sekitar 6 tahun yang lalu.
bukankah itu waktu yang cukup lama? 6 tahun lalu, aku juga masih mengenakan
seragam dan berbaris bersama kompiku yang saling hadap dengan Pembina upacara. Namun,
kemarin aku merasakan sensasi yang berbeda. Aku berada dijajaran kompi para
guru. Aku berada di barisan kiri Pembina upacara. Dengan begini, aku bisa
melihat Pembina upacara tanpa harus takut dipergoki dilihatnya.
Tidak ada yang berbeda secara
signifikan selama mengikuti upacara. Satu hal yang benar-benar membuat aku
begitu merinding adalah saat sang saka merah putih di tarik keatas tiang
diiringi grup choir yang suaranya aduhai merdunya. Aku bisa merasakan bagaimana
ada yang tiba-tiba bergetar. Aku pikir aku lapar, ternyata memang ada sebagian
dari diriku terbangkitkan oleh lagu Indonesia Raya. aku merindukan. Aku menemukan
cinta. cinta yang naik turu, timbul tenggelam, ada dan menghilang. Ini sedikit
tentang perasaanku saja kala kemarin mengikuti upacara bendera.
Kembali ke topic, ada beberapa
pilihan untuk sudut pandang ceritaku. Sudut pandang guru, sudut pandang murid,
pemangku kebijakan, ataupun sudut pandang Office Boy. Aku masih meraba-meraba
sudut pandang mana yang paling tepat. Untuk nuansa yang diangkat, masih dalam
pertimbangan juga. aku inginnya tidak menyisipkan cinta, namun apalah daya. Bak
sayur tanpa garam, cerita akan hambar tanpa cinta di dalamnya. semoga aja ide
itu lekas ketemu, yah meskipun terbagi dengan tugas-tugas lain untuk keperluan
PPL. Semoga saja, aku bisa menjadi guru yang lumrah. aku berusaha kok. Doakan saja
semuanya sukses, baik PPLnya maupun tulisannya.
Muhsin Ibnu Zuhri 26/7/2017
0 komentar:
Posting Komentar