Rabu, 14 September 2016

Bukan Alih-Alih Menyalahkan

Kenyataan yang sering terabaikan oleh kita adalah kenyataan bahwa tidak semua orang menyukai keberadaan kita. Meskipun apa-apa yang kita bawa sejujurnya perkara yang baik. Hal ini tidak akan menjadi masalah bagi seorang “introvert”. Namun akan lain dampaknya bagi “ekstrovert”, seorang yang benar memprioritaskan kebersamaan dan kekokohan konstelasi sosial. Mungkin orang yang seperti ini yang dimaksud pengikut sabda nabi “sesama muslim adalah saudara bagaikan bangunan yang kokoh.” Kita terlalu optimis dengan karakter kita hingga lupa hal yang demikian.

Keberlangsungan sosial yang baik berangkat dari persamaan pandangan. Hal ini yang benar-benar memukulku telak. Kita adalah pendamba misi yang ulung. Di lain sisi, kita adalah seorang ekstrovert. Mencapai misi bagi seorang ekstrovert tidaklah mudah. Mereka cenderung berhasrat mencapai tujuan dengan kerjasama yang solid. Namun, kenyataannya adalah bahwa seorang ekstrovert sering menggunakan perasaannya dalam berlaku. Hasrat kebersamaan bisa merembes kepada proses kerja.  

Tidak banyak cara yang bisa dilakukan selain merenung dan berusaha tidak peduli pada pembawaan karakter. Orang yang cenderung peduli bukan berarti bisa memanfaatkan kepedulian orang lain di kemudian hari. Kenyataan yang ada harus bisa dihadapi dengan bijaksana. Namun ah, lagi-lagi pada hati. Inilih yang membuat kita takut dengan keberlangsungan hidup. Banyak yang menjadikan kita sakit, entah perihal apapun itu. Satu-satunya yang paling mengerti adalah Dia yang satu. Segala bentuk buatannya adalah kebaikan. Jadi, mari kita dekatkan untuk sedikit membuka ruang berkeluh kesah tentang menata diri. Biarkan Dia yang menata diri kita.

Ini bukanlah alih-alih hendak menyalahkan. Kesemuanya itu hanya akan menyulut api pertikaian. Lalu bagi introvert pastilah hal yang demikian itu membuatnya kalut hebat. Instropeksi diri dan selalu evaluasi. Kita butuh waktu sendiri untuk melupakan dunia. Dongakkan kepala dan angkat kedua tangan ke depan dada menadah segala bentuk takdir yang hendak terjadi, entah itu baik atau justru banyak menguji diri.


0 komentar:

Posting Komentar