Kenyataan yang sering terabaikan oleh kita adalah kenyataan
bahwa tidak semua orang menyukai keberadaan kita. Meskipun apa-apa yang kita
bawa sejujurnya perkara yang baik. Hal ini tidak akan menjadi masalah bagi
seorang “introvert”. Namun akan lain dampaknya bagi “ekstrovert”, seorang yang
benar memprioritaskan kebersamaan dan kekokohan konstelasi sosial. Mungkin orang
yang seperti ini yang dimaksud pengikut sabda nabi “sesama muslim adalah
saudara bagaikan bangunan yang kokoh.” Kita terlalu optimis dengan karakter
kita hingga lupa hal yang demikian.
Keberlangsungan sosial yang baik berangkat dari persamaan
pandangan. Hal ini yang benar-benar memukulku telak. Kita adalah pendamba misi
yang ulung. Di lain sisi, kita adalah seorang ekstrovert. Mencapai misi bagi
seorang ekstrovert tidaklah mudah. Mereka cenderung berhasrat mencapai tujuan
dengan kerjasama yang solid. Namun, kenyataannya adalah bahwa seorang
ekstrovert sering menggunakan perasaannya dalam berlaku. Hasrat kebersamaan
bisa merembes kepada proses kerja.
Tidak banyak cara yang bisa dilakukan selain merenung dan
berusaha tidak peduli pada pembawaan karakter. Orang yang cenderung peduli
bukan berarti bisa memanfaatkan kepedulian orang lain di kemudian hari. Kenyataan
yang ada harus bisa dihadapi dengan bijaksana. Namun ah, lagi-lagi pada hati. Inilih
yang membuat kita takut dengan keberlangsungan hidup. Banyak yang menjadikan
kita sakit, entah perihal apapun itu. Satu-satunya yang paling mengerti adalah
Dia yang satu. Segala bentuk buatannya adalah kebaikan. Jadi, mari kita
dekatkan untuk sedikit membuka ruang berkeluh kesah tentang menata diri. Biarkan
Dia yang menata diri kita.
Ini bukanlah alih-alih hendak menyalahkan. Kesemuanya itu
hanya akan menyulut api pertikaian. Lalu bagi introvert pastilah hal yang
demikian itu membuatnya kalut hebat. Instropeksi diri dan selalu evaluasi. Kita
butuh waktu sendiri untuk melupakan dunia. Dongakkan kepala dan angkat kedua
tangan ke depan dada menadah segala bentuk takdir yang hendak terjadi, entah
itu baik atau justru banyak menguji diri.
0 komentar:
Posting Komentar