Minggu, 02 Juli 2017

Jomblo sebagai solusi anti-liberal

Sedemikian rumit tentang manusia, apalagi mengaitkannya pada tataran sosial dan politik negara. carut marutlah sudah semuanya.
cuma, aku tidak akan terlalu banyak membahas soal itu, toh semuanya hanya akan mnjadi kentut sebagaimana durna mengalahkan semar kala berseteru.

hanya salah satu pandangan saja perihal liberalisme yang dibalut dalam balutan romantisme. ini adalah sebuah strategi alibi yang sangat menarik, bagaimana sebenarnya romantisme hanya sebagai klub oposisi realisme menjadi partner liberalisasi.
baik, jadi begini.
liberalisasi yang tengah melanda anak muda jaman sekarang adalah keterbebasan memberikan definisi 'cinta dalam asmara'. kemunculan definisi ini ditanggapi salah kaprah oleh mereka yang menjadi pencandu cinta. mereka mengatanamakan konsensus asmara antara dua hati yang terpagut sudah menjadi hak milik secara konvensional. baiklah, tibalah idealis logika untuk menagih hak kepemilikan tadi. batasan-batasan seperti aturan dogma dan norma sudah tidak digubris lagi karena cintalah yang membebaskan mereka sebagai manusia penuh emosi dan rasa.
aktualisasi miss-persepsi mengundang tindakan semena-mena. pertama, menjadikan pasangan sebagai seorang yang berhak diapa-apakan. kedua, adanya alterasi unsur pacar menjadi papa-mama (kontekstual). yang ketiga, menjadikan neuro-development mengalami overlapping. konsekuensi dari thesis ini menjadikan fakta yang tidak bisa kita abaikan begitu saja. hamil diluar nikah, free sex, ejakulasi maturisasi dini, penyakit behavioral cronic, mengesampingkan kearifan lokal. gejala ini bukan tanpa sebab, seperti halnya yang dipaparkan newton "benda akan bergerak mengikuti garis lurus. akan terjadi belokan saat ada pengaruh gaya dari luar". teori ini berkesinambungan dengan realita bahwa awalnya kita adalah manusia yang damai dalam aturan norma dan agama, namun digeser dengan agitasi berita, eksploitasi erotisme, bahkan akulturasi yang sedemikian bebas.

lantas bagaimana dengan penanggulangannya? seperti apa yang diusung falsafah para kaum moderat, junjung nilai Jomblo. karena jomblo yang bernilai tinggi akan menjadikan stigma contra-realation. jomblo sampe halal, ta'aruf, jomblo gaul, jomblo itu prinsip, adalah term-term yang bagus sebagai manifestasi nilai dogma dan norma. jadi, masih gak pede jadi jomblo? save jomblo untuk keutuhan NKRI dan generasi muda.

(tulisan ini dibuat berdasarkan kajian diskusi bersama para siswa SMA yang pro-jomblo)

0 komentar:

Posting Komentar