Jumat, 02 Desember 2016

"Kenapa Aku Tak Diciptakan Sebagai Pohon yang Ditebang?"



Hari itu di depan seluruh kabilah, ‘Atiq (Panggilan Abu Bakr sebelum Islam) berkesempatan menyampaikan khitobahnya perihal dipilihnya ia memimpin umat setelah teman yang Haq. Dia lah orang yang menemukan tahta keimanan sempurna dalam dirinya lewat perenungan logika dan hati, kemantapan dan keteguhan hati setelah datangnya warta daripada pendeta suci tentang utusan Al-Haq yang akan memberikan penerangan seluruh umat dan penyeru panji Al-Haq. ‘Atiq mengawali sambutannya.

 “Hai kau Muslimin, saya telah diangkat menjadi pemimpin kalian, tetapi itu tidak berarti bahwa saya adalah yang terbaik diantara kalian. Maka jika saya benar, bantulah, dan jika saya salah, betulkanlah!
Ingatlah, orang yang lemah diantara kalian menjadi kuat di sisiku, hingga saya serahkan kepadanya haknya! Dan ingatlah, orang yang kuat diantara kalian menjadi lemah di sisiku, hingga saya ambil yang bukan haknya daripadanya.
Taatilah saya selama saya mentaati Allah dan Rasul-Nya! Dan jika saya tidak taat, maka tak ada keharusan bagi kalian untuk mentaatiku!”

Pidato yang disampaikan ‘Atiq di bawah satu deret tangga mimbar (tidak berani menduduki mimbar karena itu adalah tempat teman Haqnya) memberikan pesan tentang pribadinya sebagai seorang pemimpin kabilah seluruhnya.

Selesainya penutupan pidato, Al-Farruq mendapati ‘Atiq duduk menutup wajahnya dengan linangan air mata membasahi pipinya.

“kenapa pula kau menangis, ya Shiddiq?” Faruq merangkulkan kedua tangannya kepundak ‘Atiq.
“Aku tidaklah pantas mendapatkan jabatan ini. Aku takut pada kelemahanku, yang mana nanti akan menyelewengkan apa-apa yang menjadi hukum temanku Al-Haq.” ‘Atiq meneruskan, “kenapa aku tidak diciptakan sebagai batang pohon yang ditebang?”

Farruq memeluk erat kawannya sembari berbisik. “Kau adalah siapa yang telah Allah terakan dalam firman-Nya sebagai teman Rasul didalam gua.”

‘Atiq tak kuasa menahan derai air mata kegelisahan,”kenapa bukan kau saja Farruq yang menerima mandat ini?”

Farruq berdiri, menempelkan kepalan tangannya didada kiri. “Sungguh Demi Allah yang bertahta atas segala sesuatu, ditebas pundakku tanpa dosa itu lebih baik dari pada memimpin umat yang didalamnya terdapat Abu Bakr, (sahabat Rasul dalam gua).”


‘Atiq tertunduk dengan isak tangis yang menjadi-jadi, lalu berucap, يا مقلب القلوب,ثبت قلبي على دينك

0 komentar:

Posting Komentar