Hari itu di depan seluruh kabilah, ‘Atiq (Panggilan Abu Bakr sebelum Islam) berkesempatan
menyampaikan khitobahnya perihal dipilihnya ia memimpin umat setelah teman yang
Haq. Dia lah orang yang menemukan tahta keimanan sempurna dalam dirinya lewat perenungan
logika dan hati, kemantapan dan keteguhan hati setelah datangnya warta daripada
pendeta suci tentang utusan Al-Haq yang akan memberikan penerangan seluruh umat
dan penyeru panji Al-Haq. ‘Atiq mengawali sambutannya.
“Hai kau Muslimin, saya
telah diangkat menjadi pemimpin kalian, tetapi itu tidak berarti bahwa saya
adalah yang terbaik diantara kalian. Maka jika saya benar, bantulah, dan jika
saya salah, betulkanlah!
Ingatlah, orang yang lemah diantara kalian menjadi
kuat di sisiku, hingga saya serahkan kepadanya haknya! Dan ingatlah, orang yang
kuat diantara kalian menjadi lemah di sisiku, hingga saya ambil yang bukan
haknya daripadanya.
Taatilah saya selama saya mentaati Allah dan Rasul-Nya! Dan
jika saya tidak taat, maka tak ada keharusan bagi kalian untuk mentaatiku!”
Pidato yang disampaikan ‘Atiq di bawah satu deret tangga mimbar
(tidak berani menduduki mimbar karena itu adalah tempat teman Haqnya)
memberikan pesan tentang pribadinya sebagai seorang pemimpin kabilah
seluruhnya.
Selesainya penutupan pidato, Al-Farruq mendapati ‘Atiq
duduk menutup wajahnya dengan linangan air mata membasahi pipinya.
“kenapa pula kau menangis, ya Shiddiq?” Faruq merangkulkan
kedua tangannya kepundak ‘Atiq.
“Aku tidaklah pantas mendapatkan jabatan ini. Aku takut pada
kelemahanku, yang mana nanti akan menyelewengkan apa-apa yang menjadi hukum temanku
Al-Haq.” ‘Atiq meneruskan, “kenapa aku tidak diciptakan sebagai batang pohon
yang ditebang?”
Farruq memeluk erat kawannya sembari berbisik. “Kau adalah
siapa yang telah Allah terakan dalam firman-Nya sebagai teman Rasul didalam
gua.”
‘Atiq tak kuasa menahan derai air mata kegelisahan,”kenapa
bukan kau saja Farruq yang menerima mandat ini?”
Farruq berdiri, menempelkan kepalan tangannya didada kiri. “Sungguh
Demi Allah yang bertahta atas segala sesuatu, ditebas pundakku tanpa dosa itu
lebih baik dari pada memimpin umat yang didalamnya terdapat Abu Bakr, (sahabat
Rasul dalam gua).”
‘Atiq tertunduk dengan isak tangis yang menjadi-jadi, lalu berucap, يا مقلب القلوب,ثبت قلبي على دينك
0 komentar:
Posting Komentar